Setelah dua dekade fokus pada digitalisasi kanal dan efisiensi proses, bank-bank di seluruh dunia mulai menyadari bahwa AI—terutama Generative AI—bukan sekadar alat eksperimental, melainkan mesin pertumbuhan dengan ROI signifikan.
Namun, dalam konteks Indonesia, adopsi AI di perbankan tidak cukup hanya dengan membeli model atau membangun AI Lab. Kesiapan teknologi dan data menjadi fondasi mutlak agar AI benar-benar menghasilkan nilai bisnis.
Studi terbaru McKinsey menunjukkan tekanan yang dihadapi bank global kini semakin besar: margin bunga menurun, biaya operasional naik, dan kasus fraud meningkat tajam. Dalam situasi serupa, bank-bank yang berhasil mempertahankan profitabilitas adalah mereka yang memanfaatkan AI untuk:
Di Indonesia, peluangnya bahkan lebih besar. Kombinasi antara tingginya adopsi mobile banking dan rendahnya penetrasi produk keuangan kompleks menciptakan ruang inovasi yang signifikan bagi AI untuk mendorong cross-selling dan loyalitas nasabah.
Dari pengalaman KED Consulting mendampingi transformasi digital, dua aspek menjadi bottleneck utama dalam adopsi AI yang berdampak:
Kami merekomendasikan tiga langkah praktis bagi CIO dan CDO untuk memulai perjalanan AI dengan fondasi yang kuat dan ROI terukur.
Tujuan akhir: memastikan data menjadi “AI-ready”, bukan hanya tersedia, tetapi juga terstruktur dan tepercaya.
Jangan terpancing untuk meluncurkan inisiatif AI besar-besaran, fokuslah pada beberapa quick wins dengan dampak langsung pada bottom line:
Kami percaya bahwa inisiatif praktis dan berdampak seperti ini dapat menghasilkan ROI signifikan dalam jangka waktu relatif singkat, jika diimplementasikan dengan disiplin data dan tata kelola yang tepat.
AI bukan proyek teknologi semata. CIO dan CDO perlu membangun AI taskforce yang melibatkan:
Dalam 3 bulan pertama, taskforce ini harus menghasilkan AI roadmap yang jelas, dengan timeline, ownership, dan target hasil finansial yang realistis.
Kebanyakan strategi AI gagal bukan karena kurangnya visi, melainkan karena ketidaksiapan eksekusi. Di sinilah peran CIO dan CDO menjadi penentu. Mereka bukan hanya penggerak teknologi, tetapi juga arsitek transformasi data dan penjaga tata kelola AI yang bertanggung jawab.
AI bukan sekadar inovasi, melainkan alat untuk mengembalikan profitabilitas dan efisiensi di tengah tekanan margin. Dan bagi perbankan Indonesia, saatnya beralih dari AI experimentation menuju AI execution with impact.